Selasa, 01 Mei 2012


Allah berfirman: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat ini mencakup beberapa hal penting:
1. Allah menghukumi atas orang yang mengaku mencintai Allah, namun bukan dengan cara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, maka dia adalah seorang pendusta dalam pengakuannya, sampai dia mengikuti syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan agama yang dibawanya dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaannya.
2. Dengan mengikuti Nabi saw., maka dia akan mendapatkan cinta Allah kepadanya, yang mana hal itu lebih agung daripada cintanya kepada Allah.
  • Sebagian orang bijak yang alim berkata: Hal yang terpenting bukanlah kamu mencintai, namun yang terpenting adalah kamu dicintai.
  • Hasan Basri dan ulama Salaf lainnya mengatakan: Suatu kaum mengira bahwa mereka mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini: "Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu'" [Ali Imran:31]
3. Dengan mengikuti Rasulullah saw., maka dosa-dosa akan terampuni. Allah telah menyifati diri-Nya dengan sifat pengampun dan pengasih. 

Jumat, 20 April 2012

Bertaqwa Di manapun Anda Berada


Rasulullah SAW bersabda, "Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya (perbuatan baik) itu akan menghapuskannya. Dan pergauilah manusia dengan akhlaq yang baik" (HR. Tirmidzi).

Salah satu nilai penting dalam ibadah puasa, juga ibadah yang lainnya, adalah untuk mendidik pribadi muslim yang sempurna iman dan taqwanya. Shalat misalnya untuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar, pada akhirnya untuk meraih taqwa. Karena muttaqin adalah orang yang bila bersalah segera mohon ampun dan bertaubat (Ali Imran: 133). Zakat berfungsi untuk menyucikan jiwa, dan jiwa bersih itu juga yang mampu merealisir nilai-nilai taqwa dalam sanubarinya. Haji adalah pengorbanan seorang muslim dengan melalui tahapan yang panjang, sesungguhnya juga memiliki "pintu taqwa" apabila dipahami dengan baik. Karena salah satu pesan haji adalah; "watazawwaduu fa-inna khaira zaadit-taqwaa... berbekalah dengan sebaik-baik bekal adalah taqwa". Dalam kaitan ibadah haji, bekal terbaik yang harus dimiliki oleh seorang muslim -disamping bekal-bekal fisik, materi, prasarana_ adalah bekal taqwa.

Untuk itu taqwa adalah kondisi yang harus selalu menyatu dalam diri setiap muslim, di manapun ia berada, dalam kedudukan sebagai apa atau siapapun.

Dari hadits di atas jelas bahwa Allah memerintahkan kita untuk bertaqwa, selamanya. Yakni taqwa yang hakiki, bukan hanya hiasan bibir atau pemanis kata dalam khutbah, akan tetapi taqwa yang terwujud dalam kenyataan.

Saat di kantor taqwa juga ikut hadir mengawasi kerja kita, untuk menghindarkan dari berbagai penyelewengan, korupsi, kolusi, selingkuh, dan sebagainya. 

Nilai kedua hadits ini adalah bahwa perbuatan baik akan dapat menghapus berbagai kejelekan. Artinya amal akan dapat menghapus kejelekan. Artinya amal shalih kita merupakan penghapus dosa-dosa kita. Di dalam Al-Qur'an ditegaskan bahwa, "innal hasanaata yudzhibnas-sayyiaat... sesungguhnya kebaikan dapat menghilangkan kejelekan". (Hud:14).

Dalam amaliyah orang shalih terdahulu nilai lazim disebut mu'aqabah, yakni menghukum diri dengan amal-amal shalih manakala dirinya terjerumus dalam kelalaian. Umar misal, yang tertinggal jamaah shalat asar gara-gara meninjau kebunnya, segera menginfaqkan kebunnya sebagai hukuman atas kelalaian dirinya tidak ikut berjamaah shalat asar. Dalam era sekarang dapat pula kita terapkan, misalnya bila lalai tidak shalat jamaah kita tebus dengan tilawah sekian juz atau dengan infaq sekian ribu rupiah atau kalau sekarang sekian dollar.

Tapi juga harus diingat bahwa kejelekan juga dapat menghapus kebaikan. Ujub dan riya' dapat menghapus amal shalih. Menyebut-nyebut infaq, shadaqah juga dapat menghanguskan pahala shadaqah. Mengungkit-ngungkit kebaikan kita terhadap orang yang beri "kebaikan" juga akan menghilangkan amal kita. Dan puncaknya kesyirikan akan menghancurleburkan seluruh amal disisi Allah, tiada tersisa sedikitpun. Dalam sebuah pepatah hikmah dikatakan, "sesungguhnya kejelekan dapat menghapus kebaikan seperti cuka merusak madu".

Nilai ketiga dari hadits ini agar setiap muslim mempergauli seluruh manusia dengan akhlaq yang baik, hatta terhadap orang yang kafir, musyrik atau sejahat apapun. Mengapa? Bila diibaratkan orang kafir yang berbuat dosa seperti seorang yang menyalakan api, maka untuk menyikapinya tidak kita beri api juga, tetapi mestinya kita siram dengan air agar api tersebut padam. Karena api tak akan dapat memadamkan api. Contoh lain dalam Al-Qur'an adalah ketika orang tua menyuruh anaknya berbuat syirik, maka anak harus menolaknya dengan cara yang baik dan tetap mempergauli mereka dengan baik di dunia. Adapun di akhirat urusannya kembali kepada Allah.
Dalam masalah pergaulan ini ada beberapa prinsip yang dapat dipegang diantaranya:

"Yakhtalituuna walakin yatayyazuun... kita bergaul dengan mereka tetapi tetap menjaga karakter pribadi kita sebagai mukmin".

"Pergaulilah orang mukmin dengan hatimu, dan pergaulilah orang jahat dengan akhlaqmu...". Artinya kita sesama muslim-mukmin harus menjadikan diri kita bagian dari mukmin lainnya, menyatukan hati,pikiran dan perasaan dalam jalinan ukhuwah islamiyah. Sedangkan dengan orang jahat kita menampilkan keteladanan akhlaq kita sebagai muslim yang memegang prinsip keislaman.

Mari kita bersama-sama sebaik mungkin melaksanakannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Wallahu'alam


Selasa, 17 April 2012

Keuntungan Orang Bertaqwa


Diantara keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh orang orang yang bertaqwa adalah :
1) Jalan keluar yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang bertaqwa dari segala macam kesulitan dan kesusahan.
2) Rezeki dari Allah SWT dari jalan yang tidak dikira-kirakan.
3) Kemudahan didalam setiap pekerjaannya.
4) penghapusan dosa dari Allah SWT.
5) Limpahan ganjaran pahala yang besar dari Allah SWT.
6) Janji dari Allah SWT berupa syurga

     Pembacaan solawat itu tidak memerlukan syarat untuk diterima oleh Allah SWT bahkan tidak memerlukan kekhusuan atau hadirnya hati kita dalam membaca solawat tersebut. Lalu bagaimana apabila kita membacanya dengan hati yang hadir dan ikhlas maka niscaya kita sudah pasti akan mendapatkan sepuluh rahmat dan ampunan dari Allah SWT sebagaimana Nabi Adam AS diampuni karena menyebut nama nabi Muhammad SAW.

     Musim haji telah tiba maka hendaknya kita sebagai umat islam untuk lebih memperhatikan ibadah haji ini karena ini merupakan perintah dari Allah SWT bagi orang-orang yang mampu untuk mengerjakannya. Apalagi Rasulullah SAW telah mengkabarkan didalam hadistnya bahwa orang yang mengeluarkan hartanya untuk membiayai orang agar naik haji maka pahalanya sama dengan orang yang membiayai orang yang berjuang dijalan Allah SWT berperang melawan orang kafir dipeperangan Dan satu dirhamnya itu akan dilipatkan pahalanya sampai tujuh ratus kali lipat.

     Ketaqwaan akan membawa kita masuk kedalam syurganya Allah SWT akan tetapi tidaklah Allah SWT memberikan syurga tersebut kecuali hanya kepada orang yang tidak memiliki rasa sombong didalam hatinya dan tidak melakukan kerusakan-kerusakan berupa perbuatan-perbuatan maksiat dimuka bumi ini.

     Hendaklah kita tidak mengucapkan ingin naik haji bila ingin melaksanakan ibadah haji akan tetapi hendaklah kita mengucapkan ingin berziarah kemaqam Nabi Muhammad SAW karena kita tidak akan tahu syariat ibadah haji kecuali dari Nabi Muhammad SAW. Apalagi dizaman sekarang yang penuh dengan bencana alam kita harus selalu ingat kepada Rasulullah SAW dengan memperbanyak solawat dengan menghadiri majlis-majlis maulid Nabi agar Nabi selalu berada pada diri kita sehingga kita tidak akan tertimpa musibah karena Al Qur’an telah mengkabarkan bahwa Allah SWT tidak akan menyiksa orang-orang selama Rasulullah SAW masih ada diantara kita maka dengan cara kita menghidupkan kembali majlis ilmu dengan cara kita menghadirinya dan mengerjakan sunah Nabi maka seakan-akan kita telah menghidupkan kembali Nabi Muhammad SAW. Selain itu apabila kita tidak ingin terkena azab Allah SWT kita harus memperbanyak istigfar minta ampun kepada Allah SWT dan kita juga harus bisa menegakan hukum dengan adil tanpa membeda-bedakan orang karena hancurnya orang-orang terdahulu dikarenakan mereka tidak adil dalam menegakan hukum agama sehingga apabila seorang yang terhormat melanggar mereka tidak menghukumnya akan tetapi apabila seorang yang hina melanggar mereka langsung menghukumnya.

Kamis, 12 April 2012

AKHLAQ LILBANIN

kitab Akhlaq Lilbanin
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Bagaimana seharusnya berakhlaq untuk murid"
1. Wajib hendaknya berakhlaq yang bagus dari masa kecilnya, supaya hidupnya disukai diwaktu dewasa mudah-mudahan di ridhoi tuhanya dan dicintai keluarganya dan seluruh manusia.
2. Wajib atasnya juga, bahwasanya menjauhi dari akhlaq yang buruk semoga tidak ada makruh tidak dicintai tuhanya dan tidak dicintai keluarganya dan seorangpun dari manusia.

Mudah-mudahan setelah kita membaca kitab ini akhlaq kita menjadi lebih baik.
آمِيّنْ ...

والله اعلم بالصوا
ب

TELADAN DARI NABI MUHAMMAD TENTANG AKHLAK


Teladan dari Nabi Muhammad tentang Akhlak

Banyak sekali hadits yang menunjukkan tingginya derajat dan keutamaan akhlak di dalam Islam. Akhlak yang baik hendaknya selalu diterapkan dalam kehidupan pribadi maupun ketika berhubungan dengan orang lain.
Berikut adalah beberapa hadits tentang akhlak islami:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ )البخاري
“Orang muslim yang baik adalah yang muslim lainnya aman dari ganguan ucapan dan tangannya, dan orang yang Hijrah (tergolong kelompok Muhajirin) adalah yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah.” (Hadits riwayat Bukhari)
حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (البخاري
“Tidaklah seorang diantara kalian dikatakan beriman hingga ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia sukai untuk dirinya sendiri.” (Hadits riwayat Bukhari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ (مسلم
“Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (Hadits riwayat Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ (مسلم
“Iman itu lebih dari 70 atau 60 cabang, cabang iman tertinggi adalah mengucapkan ‘La ilaha illallah’, dan yang terendah adalah membuang gangguan dari jalan, dan rasa malu merupakan sebagian dari iman.” (Hadits riwayat Muslim)
Contoh-contoh di atas adalah perbuatan-perbuatan yang sederhana dan tampak kecil. Namun semua yang sederhana dan kecil itu memiliki nilai yang amat besar dan penting dalam islam. Tak ada perubahan besar tanpa adanya perubahan-perubahan kecil. Akhlak yang baik meskipun kecil akan menghasilkan dampak kebaikan yang besar, baik dalam taraf pribadi maupun sosial. Sebaliknya, akhlak yang buruk akan juga menghasilkan pribadi dan masyarakat yang sakit.
Semoga bermanfaat.

Rabu, 11 April 2012

kewajiban seorang muslim menuntut ilmu

Hadis-Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ

“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”

“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan menuju surga adalah ilmu”(hr.dailany) “orang yang paling utama diantara manusia adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu,dimana kalau dibutuhkan(orang)dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya”.(HR.baihaqi)

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ 
"Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri cina". 

Hukum Menuntut Ilmu 

Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad saw :

Artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).

Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Nabi Muhammad saw.bersabda

: مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.

Rasulullah Saw., bersabda: مٍطَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “

Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)


Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. 

 Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah

Dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi Muhammad SAW bersabda ; Artinya : "Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun".

Dalam hadist lain dinyatakan :

Artinya : "Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali".

Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadat?. Karena amal ibadat yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya. 
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan :

Artinya : "Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima". 


Abi Huraira Berkata, telah bersabda Rasulullah SAW " Janganlah kamu saling Hasud dan janganlah kamu saling menipu dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu menjauhi (orang-orang tersebut) dan janganlah kamu membeli barang yang akan dibeli orang. dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba ALLAH SWT yang bersaudara. Muslim dengan muslim bersaudara tidak boleh kamu menganiaya dan menzholimi dan enggan untuk mem belanya. janganlah kamu saling menghinakan. taqwa itu ada disini (dihati) Rasulullah berisyarat menunjuk dadanya. jangan terlalu seseorang dari kejahatannya. apabila ia menghinakan saudaranya yang muslim. setiap muslim dengan muslim lainya haram darahnya dan hartanya dan kehormatanya. H.R. Muslim